Senin, 14 November 2011

“ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT. UNILEVER INDONESIA, TBK TAHUN 2007 & 2008 TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN”

PAPER
MANAJEMEN KEUANGAN

“ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT. UNILEVER INDONESIA, TBK  TAHUN 2007 & 2008 TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN”


OLEH :

ANTONIUS HIMAWAN YUDHA
NIM : 811 11 01 001 MM


PROGRAM STUDI PASCA SARJANA MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA
2011
PAPER
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT UNILEVER, TBK TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

BAB I
PENDAHULUAN
Analisis laporan keuangan adalah kegiatan menganalisis laporan keuangan perusahaan dengan menggunakan alat-alat dan teknik-teknik analisis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam analisis bisnis, yaitu memahami tentang kinerja yang telah dicapai oleh perusahaan pada tiga kegiatan utamanya: operasi, investasi, dan pendanaan. Dengan melakukan analisis laporan keuangan, semua pihak yang berkepentingan akan mendapatkan informasi yang lebih dapat diandalkan untuk kepentingan pengambilan keputusan; mereka tidak akan hanya mengandalkan asumsi dan intuisi semata. Analisis laporan keuangan bisa meninimalisir unsur ketidakpastian yang dihadapi oleh pengambil keputusan.
Analisis laporan keuangan merupakan salah satu cara untuk mengetahui kinerja perusahaan dalam suatu periode. Oleh karena itu, sebelum kita menganalisis laporan keuangan, maka terlebih dahulu kita harus memahami hal-hal yang berkaitan dengan laporan keuangan. Pemahaman tentang laporan keuangan mulai dari pengertian, jenis, komponen yang terkandung, tujuan maupun sifat laporan keuangan sangat penting sehingga dalam melakukan analisis lebih mudah untuk menginterpretasikannya.
Sepeti diketahui bahwa laporan keuangan, merupakan kewajiban setiap perusahaan untuk membuat dan melaporkannya pada suatu periode tertentu. Apa yang diketahui kemudian dianalsis, sehingga dapat diketahui kondisi dan posisi perusahaan terkini. Dengan melakukan analisis akan diketahui letak kekuatan dan kelemahan perusahaan. Laporan keuangan juga akan menentukan langkah apa yang bisa dilakukan perusahaan sekarang dan ke depan. Di samping itu, juga untuk memanfaatkan peluang yang ada dan menghadapai atau menghindari ancaman yang mungkin timbul sekarang dan di masa yang akan datang.




BAB II
LANDASAN TEORI
1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan suatu data yang dapat memberikan gambaran dan informasi-informasi mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu saat atau pada suatu periode tertentu dan dapat membantu investor dan para pelaku pasar modal lainnya dalam mengidentifikasikan keadaan suatu perusahaan
Maksud dari laporan keuangan yang menunjukkan kondisi perusahaan “pada suatu saat” adalah merupakan kondisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk Neraca), dan pada periode tertentu (untuk Laporan Laba Rugi). Biasanya laporan keuangan dibuat per periode, misalnya tiga bulan, enam bulan untuk kepentingan intern perusahaan. Adapun untuk laporan lebih luas dilakukan satu tahun sekali.
2. Jenis-Jenis Laporan Keuangan
Inti dari laporan keuangan adalah menggambarkan pos-pos keuangan perusahaan yang diperoleh dalam suatu periode. Dalam praktiknya kita mengenal beberapa macam laporan keuangan seperti :
a. Neraca
Neraca merupakan laporan yang menunjukkan jumlah aktiva (harta), kewajiban (hutang), dan modal perusahaan (ekuitas) perusahaan pada saat tertentu. Artinya, dari suatu neraca akan tergambar berapa jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan. Pembuatan neraca biasanya dibuat secara periode tertentu (tahunan). Akan tetapi, pemilik atau manajemen dapat pula meminta laporan neraca sesuai kebutuhan untuk mengetahui secara persis berupa harta, hutang, dan modal yang dimilikinya saat ini.
Komponen dari Neraca :
1)  Aktiva
a) Aktiva Lancar
Ø  Kas:
Ø  Rekening pada bank (rekening giro dan tabungan);
Ø  Deposito berjangka;
Ø  Surat-surat berharga;
Ø  Piutang;
Ø  Pinjaman yang diberikan;
Ø  Sediaan;
Ø  Biaya yang dibayar di muka;
Ø  Aktiva lancar lainnya.
b) Aktiva Tetap terdiri dari :
Ø  Aktiva tetap berwujud, yaitu :
·          Tanah;
·         Mesin;
·         Bangunan;
·         Peralatan;
·         Kendaraan;
·         Akumulasi Penyustan; dan
·         Aktiva Tetap Lainnya
Ø  Aktiva Tetap tidak berwujud, yaitu :
·         Goodwill;
·         Hak Cipta;
·         Lisensi; dan
·         Merek dagang.
c) Aktiva lainnya terdiri dari antara lain :
Ø  Gedung dalam proses;
Ø  Tanah dalam penyelesaian;
Ø  Piutang Jangka Panjang;
Ø  Uang muka dan investasi.
2) Pasiva
a) Hutang lancar
Ø  Hutang dagang;
Ø  Hutang wesel;
Ø  Hutang Bank;
Ø  Hutang Pajak, dll.
b) Hutang Jangka Panjang, terdiri dari :
Ø  Hutang hipotek;
Ø  Hutang obligasi;
Ø  Hutang bank jangka panjang;
Ø  Hutang jangka panjang lainnya.
3) Ekuitas
Ø    Modal saham;
Ø  Agio saham;
Ø  Laba ditahan;
Ø  Cadangan laba;
Ø  Modal sumbangan.
b. Laporan Laba Rugi
Jenis laporan keuangan lainnya selain Neraca adalah laporan laba rugi. Berbeda dengan neraca yang melaporkan informasi tentang kekayaan, hutang dan modal, maka laporan laba rugi memberikan informasi tentang hasil-hasil usaha yang diperoleh perusahaan. Laporan laba rugi berisi jumlah pendapatan yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain, laporan laba rugi merupakan laporan yang menunjukkan pendapatan yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dalam suatu periode tertentu.
Komponen-komponen yang terdapat dalam suatu laporan laba rugi antara lain :
1) Penjualan;
2) Harga Pokok Penjualan;
3) Laba kotor;
4) Biaya-biaya (biaya operasi, biaya non operasi, dll)
5) Penyusutan
6) Pajak, dll.
c. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas juga merupakan laporan penting yang wajib dibuat dan dilaporkan oleh perusahaan. Bagi para investor, justru laporan arus kas inilah yang paling utama untuk di analisis. Melalui laporan arus kas dapat diketahui kepiawaian manajer keuangan untuk mlaksanakan fungsi-fungsi manajemen keuangan yaitu, operasi, pendanaan dan investasi. Tujuan dari pembuatan laporan arus kas ini adalah memberikan informasi mengenai penerimaan dan pembayaran kas perusahaan selama periode tertentu. Komponen dalam laporan arus kas ini lebih simple daripada dua laopran sebelumnya, dalam laporan ini yang tercatat adalah rekap dari kas masuk dank as keluar dalam suatu periode.
d. Laporan Perubahan Modal
Laporan perubahan modal merupakan laporan yang menyatakan berapa modal akhir tahun (akhir periode), untuk bisa menunjukkan modal akhir tahun harus diketahui berapa modal awal tahun dan berapa laba atau rugi yang diperoleh dalam periode satu tahun tersebut. Laporan perubahan modal ini disusun setelah penysusunan laporan laba rugi, karena dalam laporan perubahan modal terdapat komponen yang berasal dari perhitungan di laporan laba rugi, yaitu komponen laba/rugi.
2. Manfaat Analisis Laporan Keuangan
Setelah laporan keuangan disusun berdasarkan data yang relevan, serta dilakukan dengan prosedur akuntansi dan penilaian yang benar, maka agar laporan keuangan menjadi lebih berarti sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh berbagai pihak, maka perlu dilakukan analisis terhadap laporan keuangan tersebut. Bagi pihak pemilik dan manajemen tujuan utama dari analisis laporan keuangan adalah agar dapat mengetahui posisi perusahaan saat ini. Dengan mengetahui laporan keuangan, setelah dilakukan analisis laporan keuangan secara mendalam, maka akan terlihat apakah perusahaan dapat mencapai target yang telah direncanakan sebelumnya atau tidak. Pada akhirnya bagi pemilik dan manajemen, dengan mengetahui posisi keuangan dapat merencanakan dan mengambil keputusan yang tepat tentang apa yang harus dilakukan ke depan.
Dalam melakukan analisis laporan keuangan perlu dilakukan secara cermat dengan menggunakan metode dan teknik analisis yang tepat, sehingga hasil yang diharapakan benar-benar tepat pula. Hasil dari perhitungan di analisis dan di interpretasikan, sehingga diketahui posisi keuangan yang sesungguhnya. Kegiatan dalam melakukan analsisi laporan keuangan dapat dilakukan dengan cara menentukan dan mengukur antara pos-pos yang ada dalam satu laporan keuangan.
Arti penting analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut:
a. Bagi pihak manajemen: untuk mengevaluasi kinerja perusahaan,  kompensasi, pengembangan karier, komparasi terhadap perusahaan pesaing.
b. Bagi pemegang saham: untuk mengetahui kinerja perusahaan, pendapatan, keamanan investasi.
c. Bagi kreditor: untuk mengetahui kemampuan perusahaan melunasi utang beserta bunganya.
d. Bagi pemerintah: pajak, persetujuan untuk go public.
e. Bagi karyawan: Penghasilan yang memadai, kualitas hidup, keamanan kerja

3. Jenis-Jenis Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang ada dalam satu laporan keuangan.

Analisis laporan keuangan ada beberapa macam, antara lain :
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (hutang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, maka akan mampu untuk memenuhi hutang tersebut, terutama untuk hutang yang memang sudah jatuh tempo.
Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan terdiri dari :

1) Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio Lancar (current ratio) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau hutang yang segera ditagih. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) dari suatu perusahaan.
Formulasinya :
                                                                  Aktiva Lancar (Current Asset)
           Current Ratio               =
                                                            Hutang Lancar (Current Liabilities)

 2) Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio cepat (Quick Ratio) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi/membayar kewajiban (hutang) lancar dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory). Hal ini dilakukan karena sediaan dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar kewajibannya.
Formulasinya :
                                                        Current Asset – Inventory
              Quick Ratio               =
                                                              Current Liabilities

3) Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar hutang. Ketersedian uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara kas seperti giro, tabungan maupun kas tunai yang disimpan di dalam brankas.

Formulasinya :

                                                            Kas + Bank
             Quick Ratio                =
                                                          Aktiva Lancar



4) Rasio Perputaran Kas (Cash Turnover)
Rasio perputaran kas digunakan untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untik mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (hutang) dan biaya biaya yang berkaitan dengan penjualan.

Formulasinya :

                                                         Penjualan Bersih
       Rasio Perputaran Kas       =
                                                        Modal Kerja Bersih

b. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)
Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Artinya seberapa besar beban hutang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya baik jangka panjang maupun jangka pendek, apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).

Jenis-jenis dari rasio solvabilitas antara lain :

1) Debt to Assets Ratio (Debt Ratio)
Debt to Assets Ratio merupakan rasio hutang yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang, atau seberapa besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.

Formulasinya :

                                                        Total Debt
          Debt to Asset Ratio       =
                                                        Total Asset

2) Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk hutang.

Formulasinya :

                                                          Debt
           Debt to Equity Ratio     =
                                                        Equity
3) Long Term Debt to Equity Ratio
Long Term Debt to Equity Ratio merupakan rasio antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang jangka panjang.

Formulasinya :

                                                               Long Term Debt
   Long Term Debt to Equity Ratio  =
                                                                        Equity

4) Times Interest Earned
 Times Interest Earned merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga. Rasio ini diartikan juga untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar biaya bunga.

Formulasinya :

                                                            Earning Before Interest and Tax
               Time Interest Earned           =
                                                                               Interest
5) Fixed Charge Coverage
Fixed Charge Coverage merupakan rasio yang menyerupai rasio Timed Interest Earned, hanya saja bedanya dalam rasio ini dilakukan, apabila perusahaan memperoleh hutang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa.

Formulasinya :

                                                            EBT + Biaya Bunga + Kewajiban Sewa
       Fixed Charge Coverage    =
                                                                  Biaya Bunga + Kewajiban Sewa

c. Rasio Profitabilitas (Profotability Ratio)
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan.  Macam-macam jenis dari rasio profitabilitas antara lain :

1) Profit Margin (Profit Margin on Sales)
Profit Margin merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Untuk mengukur rasio ini adalah dengan cara membandingkan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih.
Formulasinya :

                                                           

 Penjualan bersih – Harga Pokok Penjualan  
            Profit margin on sales =                                                                                 
                                                                                           Sales


2) Return on Investment (ROI)
Return on Investment merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya.

Formulasinya :

                                                            Earning After Interest and Tax
                                       ROI =
                                                                           Total Assets


3) Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan penggunaan efisiensi modal sendiri. Makin tinggi rasio ini makin baik, artinya posisi pemilik perusahaan makin kuat, demikian pula sebaliknya.

Formulasinya :

                                                            Earning After Interest and Tax
            Return on Equity (ROE) =
                                                                                Equity

4) Rasio Laba per lembar saham (Earning per Share)
Rasio Laba per lembar saham (Earning per Share) merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan para pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi maka kesejahteraan pemegang saham meningkat.

Formulasinya :

                                                                        Laba Saham Biasa
         Laba Per Lembar Saham =
                                                            Jumlah saham biasa yang beredar

5) Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio)
Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sector usahanya. Dalam rasio ini, yang dianalisis adalah pertumbuhan penjualan, pertumbuhan laba bersih, pertumbuhan pendapatan per lembar saham, dan pertumbuhan dividen per saham.

Formulasinya : (contoh salah satu)

                                                                        Dividen akhir tahun
        Rasio pertumbuhan dividen =
                                                                      Jumlah saham beredar

d. Rasio Aktivitas (Assets Management Ratio)
Rasio Aktifitas (Assets Management Ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya.
Macam-macam jenis dari rasio aktivitas ini antara lain :

1) Rasio perputaran piutang (Receivable Turnover)
Rasio perputaran piutang (Receivable Turnover) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama pengaihan piutang selama satu periode, atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode.

Formulasinya :


                                                               Penjualan Kredit
                 Receivable Turnover = 
                                                        Rata- rata piutang

2) Perputaran Sediaan (Inventory Turnover)
Perputaran Sediaan (Inventory Turnover) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berap kali dana yang ditanam dalam sediaan (inventory) ini berputar dalam satu periode.

Formulasinya :

                                                        Penjualan
                  Inventory Turnover =
                                                          Sediaan

3) Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover)
Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode waktu tertentu.

Formulasinya :

                                                            Penjualan Bersih
     Working Capital Turnover =
                                                        Modal Kerja Rata-Rata

4) Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turnover)
Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turnover) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode.

Formulasinya :

                                                                  Sales
           Fixed Asset Turnover   =
                                                        Total Fixed Asset

5) Perputaran Aktiva (Assets Turnover)
Perputaran Aktiva (Assets Turnover) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan, kemudian juga mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.

Formulasinya :

  
                                                             Sales
              Total Asset Turnover =
                                                        Total Asset
















BAB III
PEMBAHASAN

Dalam paper ini, saya mencoba mengulas mengenai laporan keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk. Per tanggal 31 Desember Tahun 2007 dan 2008. Adapun analisis yang saya gunakan adalah analisis seperti yang sudah kami paparkan di bab II mengenai landasan teori.


Tabel 1 . Analisis Likuiditas dan Aktivitas


2007
2008
Perubahan
Keterangan
LIKUIDITAS (LIQUIDITY RATIO)




Rasio Lancar (Current Ratio)
1,20
0,97
turun
memburuk
Rasio Quick (Quick Ratio)
0,89
0,66
turun
memburuk
AKTIVITAS (ACTIVITY RATIO)




Jumlah Hari Piutang Tak Tertagih (DSO)
47,39
53,53
naik
memburuk
Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
7,41
6,39
turun
membaik
Rata-Rata Persediaan (Average days In Inventory)
48,58
56,43
naik
memburuk
Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turnover)
1,17
1,10
turun
memburuk












Tabel II. Analisis menggunakan Leverage Ratio dan Profitability Ratio


2007
2008
Perubahan
Keterangan
MANAJEMEN UTANG (LEVERAGE RATIO)




Total Utang Terhadap Total Aktiva (Debt To Total Assets)
0,53
0,60
naik
memburuk
PROFITABILITAS (PROFITABILITY RATIO)




Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
0,50
0,51
naik
membaik
Margin Laba Operasi (Operating Profit Margin)
0,24
0,26
naik
membaik
Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
0,17
0,18
naik
membaik
Return On Assets
0,20
0,20
turun
memburuk
Return On Equity
0,43
0,49
naik
membaik


Hasil dari Analisis data dari Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia,Tbk dapat saya sampaikan sebagai berikut :

1) Rasio Likuiditas

Berdasarkan analisis Rasio Likuiditas, kinerja keuangan perusahaan mengalami penurunan di tahun 2008, jika dibandingkan dengan satu tahun sebelumnya yaitu tahun 2007. Nilai Rasio Likuiditas pada PT.UNILEVER Indonesia Tbk, sebagian besar berada di bawah angka 1, di mana semakin tinggi Rasio Likuiditas suatu perusahaan seharusnya semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek. Rasio Likuiditas yang  lebih rendah pada tahun 2008 menunjukkan manajemen yang buruk atas sumber likuiditas atau pengelolaan aktiva lancar yang kurang bagus (kurang efisien) karena masih banyak aktiva yang menganggur.


2). Rasio Aktivitas
Berdasarkan perhitungan pada analisis rasio aktivitas, Perusahaan hanya mengalami perbaikan pada Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover), sementara pada analisis rasio lainnya mengalami kenaikan dimana berdasarkan evaluasi rasio jika rasio ini mengalami kenaikan pada tahun berikutnya maka kinerja perusahaan tidak membaik bahkan bisa dikatakan buruk dalam hal efisiensi nilai persediaan dan aktiva.

3). Rasio Manajemen Utang (Leverage Ratio)

Kinerja keuangan perusahaan dilihat dari sisi Leverage Ratio, mengalami kenaikan dibandingkan dengan satu tahun sebelumnya. Apabila semakin besar nilai Rasio Manajemen Utang pada suatu perusahaan menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan semakin menurun, karena tingginya nilai rasio menunjukkan bahwa sebagian besar investasi didanai oleh utang atau dana pinjaman, dengan kata lain porsi pemegang saham semakin kecil dalam menjamin investasi yang mengakibatkan pembayaran bunga menjadi semakin besar.

4). Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)

Berdasarkan analisis rasio profitabilitas, perusahaan tidak mengalami perubahan dalam kemampuan menghasilkan laba kotor, laba operasi, maupun laba bersih. Angka yang ditunjukkan pada analisis rasio pada tahun 2007 hampir sama dengan analisis rasio 2008 yang berarti kinerja perusahaan dalam kemampuan menghasilkan laba tidak mengalami peningkatan, tetapi hal ini menunjukkan hasil yang baik dibandingkan adanya penurunan kemampuan menghasilkan laba.







    





BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Perusahaan PT UNILEVER Indonesia Tbk., tidak mengalami peningkatan yang signifikan dalam setiap perhitungan analisis rasio yang telah dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan belum baik dalam beberapa hal, antara lain:
a.   Rendahnya kemampuan Perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek tepat pada waktunya (analisis rasio likuiditas).
b.   Rendahnya efektivitas Perusahaan dalam menggunakan sumber daya (analisis rasio aktivitas)
c.   Tingginya angka di mana pembiayaan perusahaan dibiayai dengan hutang (analisis rasio leverage).
d.   Kestabilan kemampuan Perusahaan dalam memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya (analisis rasio profitabilitas).
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dilakukan, maka terdapat beberapa saran yang perlu diperhatikan sebagai masukan, sebagai berikut :
1) Mempertahankan nilai likuiditas perusahaan, yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya.
2) Perusahaan harus lebih efisien memanfaatkan aktiva yang dimiliki dalam kegiatan operasionalnya untuk meningkatkan pendapatan atau meningkatkan laba bersih.
3) Mengurangi jumlah utangnya dengan meningkatkan penyediaan dana oleh pemegang saham.