Jumat, 20 September 2013

Memaknai Kecerdasan



Memaknai Kecerdasan
Cerdas !

Seringkali kita mendengar seseorang memuji orang lain dengan ungkapan seperti itu. Biasanya pujian tersebut terlontar ketika seseorang menyampaikan ide yang cemerlang, gagasan yang unik dan menarik, ataupun jalan keluar dari suatu permasalahan yang dihadapinya. Ya, memang kecerdasan cenderung dikaitkan dengan kemampuan olah otak sehingga melahirkan pemikiran-pemikiran yang hebat. Tapi benarkah bahwa kecerdasan hanya semata-mata seperti itu?
Penulis berpendapat bahwa ada beberapa macam kecerdasan yang dapat dimiliki oleh setiap manusia, antara lain : kecerdasaan intelektual, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual, kecerdasan finansial, dan kecerdasan etika. Baiklah, akan kita ulas satu per satu.

Kecerdasan Intelektual

Kecerdasan ini seperti yang telah penulis paparkan pada pengantar di atas. Kecerdasan ini lebih banyak dipengaruhi oleh faktor bawaan dari gen orang tua. Orang yang memiliki kecerdasan ini akan mudah jika diberi pengarahan atau materi apapun, mereka akan mudah menerima apa saja yang disampaikan oleh pemberi materi. Selain mampu dengan baik menerima setiap penyampaian materi, orang-orang yang memiliki kecerdasan ini juga mampu berbicara dengan bahasa yang tertata dan mudah dipahami, mampu menganalisis masalah hingga mencari jalan keluar, serta menemukan dan mengemukakan ide-ide baru, baik ide yang bersifat ilmiah, sosial maupun seni. Kecerdasan ini dapat diukur dengan melakukan beberapa tes intelenjensi dan potensi akademik, dan tes tersebut sudah amat sering kita jumpai.

Kecerdasan Emosi

Orang yang memiliki ataupun tidak memiliki kecerdasan emosi dapat dengan mudah kita jumpai. Dengan melihat di sekeliling kita, kita dapat langsung menilai apakah seseorang tersebut memiliki kecerdasan emosi atau tidak. Sebagai contoh, kasus tawuran yang dewasa ini marak terjadi, baik tawuran yang terjadi antarpelajar hingga tawuran yang terjadi antarwarga. Jelas hal itu menunjukkan bahwa mereka yang terlibat tawuran tidak memiliki kecerdasan emosi. Kita semakin dibuat miris manakala pelakunya adalah mahasiswa, yang mana kaum mahasiswa sering disebut sebagai kaum cendekiawan, kaum yang memiliki kecerdasan intelektual yang baik, namun ternyata mereka tidak memiliki kecerdasan emosi yang baik.      

 
Kecerdasan Spiritual
Para pemuka agama dan alim ulama tentu diwajibkan memiliki kecerdasan seperti ini, karena mereka adalah teladan bagi masyarakat. Kecerdasan ini membutuhkan suatu pemahaman yang mendasar tentang bagaimana mengilhami dan mengimani Yang Maha Kuasa. Kedekatan dengan yang Maha Kuasa juga harus didukung dengan perilaku yang baik terhadap sesama dan lingkungan sekitar. Sehingga kalau kita mau melihat di sekitar tempat tinggal kita, jika ada yang mengaku-aku dirinya adalah seorang yang taat beragama namun perbuatannya jauh dari kesan kasih sayang terhadap sesama dan lingkungan, dapat dikatakan orang itu tidak cerdas secara spiritual.

Kecerdasan Finansial

Orang yang memiliki penghasilan yang besar belum tentu cerdas secara finansial. Meskipun penghasilannya besar jika tidak didukung dengan manajemen keuangan yang baik, maka yang terjadi adalah seperti kata pepatah “besar pasak daripada tiang”. Orang yang berpenghasilan pas-pasan jika memang pengelolaan keuangannya baik, dan ternyata ia masih bisa menyisihkan penghasilannya untuk ditabung atau diinvestasikan, maka orang tersebut yang layak disebut sebagai orang yang memiliki kecerdasan finansial.

Kecerdasan Etika

Kecerdasan ini erat kaitannya dengan tata hidup dalam masyarakat. Bagaimana kita berinteraksi dengan tetangga dan masyarakat sekitar, berbicara santun, berpakaian yang pantas sesuai dengan waktu dan tempat, dan masih banyak yang lain. Jika suatu saat kita melihat orang dari dalam mobil membuang sampah tidak pada tempatnya, sementara kita lihat status sosialnya (dari mobilnya dan juga dari penampilannya) sepertinya ia kaum elit, maka dapat dikatakan ia cerdas secara intelektual dan finasial, tetapi tidak secara etika. Atau jika anda temui orang yang tidak mau mengantri untuk mendapatkan layanan kasir di supermarket (bukan karena keadaan emergency), dapat kita katakan  bahwa ia tidak cerdas secara etika.

Setelah melihat beberapa macam kecerdasan di atas, tentu timbul pemikiran tentang mana kecerdasan yang terpenting yang harus dimiliki setiap manusia. Dibutuhkan skala untuk menentukan prioritas kecerdasan, dan setiap orang yang menilai pun pasti memiliki pendapat yang berbeda-beda.  Hal itu wajar dan memang tidak dapat ditentukan mana yang semestinya menjadi pertama dan utama, yang terpenting kita yang diberi akal budi oleh Yang Kuasa untuk menentukan kehidupan ini dapat memiliki makna bagi sesama dan lingkungan, serta tetap menjaga kemesraan hubungan kita dengan Tuhan. **

Oleh : Antonius Himawan Yudha,S.E.MM.